Celaka Karena Salah Berdzikir
Ketika mendengar kata ‘dzikir’, terlintas di benak kita sosok orang yang duduk menghadap kiblat, dengan bibir komat-kamit sambil memegang tasbih atau menghitung ruas jari. Kata ‘dzikir’ sering dikonotasikan sebagai ‘wirid’, alias bacaan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, dan semisalnya. Sehingga majelis dzikir pun menjadi identik dengan majelis wirid. Memang, pemahaman di atas tidak mutlak salah; namun juga tidak sepenuhnya benar. Berikut ini beberapa hadits tentang fadhilah dzikir dan majelis dzikir yang sering difahami secara keliru.Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al Khudri radhiyallaahu ‘anhuma meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُTidaklah sekelompok orang duduk mengingat Allah, melainkan malaikat akan mengitari mereka, rahmat melingkupi mereka, rasa tenteram menyelimuti mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan malaikat di sisi-Nya.[1]
Dalam hadits lainnya, Rasulullah bersabda yg artinya, “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang menyusuri jalan-jalan demi mencari ahli dzikir. Bila mereka menjumpai suatu kaum yang sedang berdzikir (mengingat Allah), mereka saling memanggil: “Ayo kesini, apa yang kamu cari ada di sini”, kemudian mereka saling membentangkan sayapnya hingga memenuhi langit dunia. Lalu Allah menanyai mereka -padahal Dia lah yang lebih tahu-: “Apa yg diucapkan oleh hamba-hamba-Ku?”. Kata para malaikat: “Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memuji-Mu”. “Apakah mereka pernah melihat-Ku?” tanya Allah. “Tidak, demi Allah. Mereka belum pernah melihat-Mu” jawab malaikat. “Bagaimana jika mereka melihat-Ku?” tanya Allah. “Jika mereka melihat-Mu, pastilah mereka lebih giat lagi dalam beribadah, memuji-Mu, dan menyucikan-Mu” jawab malaikat. “Apa yang mereka minta?” tanya Allah. “Mereka menginginkan Jannah (Surga)” jawab malaikat. “Pernahkah mereka melihatnya?” tanya Allah. “Belum ya Allah” jawab malaikat. “Bagaimana kira-kira jika mereka melihatnya?” tanya Allah. “Mereka pasti lebih bersemangat dan sungguh-sungguh dalam mengejarnya” jawab malaikat. “Lalu mereka mohon perlindungan dari apa?” tanya Allah. “Dari Neraka” jawab malaikat. “Pernahkah mereka melihat Neraka?” tanya Allah. “Belum pernah” jawab malaikat. “Kira-kira bagaimana jika mereka pernah melihatnya?” tanya Allah. “Pastilah mereka semakin lari dan takut darinya” jawab malaikat. Lalu Allah berfirman, “Saksikanlah oleh kalian, bahwa Aku telah mengampuni mereka”. Salah seorang malaikat menyela, “Namun di antara mereka ada si fulan yang bukan dari mereka (ahli dzikir). Ia sekedar datang ke majelis itu untuk suatu keperluan” lanjutnya. Maka kata Allah, “Siapa yang duduk bersama mereka (ahli dzikir) maka tidak akan celaka”.[2] Zhahir kedua hadits di atas seakan mendukung praktek dzikir berjama’ah yang marak dilakukan akhir-akhir ini. Akan tetapi, cobalah kita simak terlebih dahulu penjelasan para ulama tentang hadits-hadits di atas… Al Hafizh Badruddien Al ‘Aini mengatakan, bahwa pengertian ‘ahli dzikir’ meliputi orang-orang yang mengerjakan shalat, membaca Al Qur’an, menyampaikan hadits, mengajarkan ilmu-ilmu agama, berdiskusi dengan para ulama, dan semisalnya.[3] Dalam kitab monumentalnya yang berjudul Al Adzkar, Imam Nawawi mengatakan, “Ketahuilah bahwa fadhilah dzikir (mengingat Allah) tak terbatas pada tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan semisalnya. Bahkan setiap orang yang berbuat taat kepada Allah, berarti ingat kepada Allah. Demikian menurut Sa’id bin Jubeir dan ulama lainnya. Sedangkan Atha’ bin Abi Rabah rahimahullah mengatakan, “Majelis dzikir adalah majelis yang membahas tentang halal-haram, membahas bagaimana engkau berjual-beli, berpuasa, shalat, menikah, mencerai, berhaji, dan semisalnya”.[4] Adapun Ash Shan’ani mengatakan, “Dzikir bisa diartikan mengingat Allah secara lisan. Orang yang mengucapkannya akan mendapat pahala. Dalam dzikir tidak disyaratkan harus meresapi makna yang diucapkan, namun syaratnya ia harus bermaksud mengingat Allah. Jika di samping berdzikir secara lisan hatinya juga berdzikir, maka lebih sempurna lagi. Jika setelah itu ditambah pula dengan meresapi makna bacaan dzikir yang meliputi pengagungan terhadap Allah dan penafian sifat-sifat negatif dari-Nya; maka lebih sempurna lagi. Lalu jika hal tersebut dilakukan dalam amalan wajib seperti shalat, jihad, dan semisalnya; maka lebih sempurna lagi…”.[5] Walaupun kedua hadits di atas menganjurkan kita untuk berkumpul dalam rangka mengingat Allah, akan tetapi tidak boleh difahami sebagai anjuran mengadakan tahlilan, shalawatan, dan dzikir jama’i. Sebab pengertian dzikir jama’i yang marak kita saksikan akhir-akhir ini[6], adalah sesuatu yang tidak dikenal oleh para salaf… bahkan dianggap bid’ah dholalah. Simaklah hadits berikut… Salah seorang tabi’in bernama ‘Amru bin Salamah al Hamdani mengisahkan, bahwa Abu Musa Al Asy’ari pernah berkata kepada Ibnu Mas’ud, “Wahai Abu Abdirrahman, barusan di mesjid kulihat sesuatu yang aneh. Akan tetapi ia sesuatu yang baik, alhamdulillah”. “Apa itu?” tanya Ibnu Mas’ud. “Kamu bisa melihat sendiri nanti” jawab Abu Musa. “Tadi Aku melihat orang-orang dalam beberapa halaqah (kelompok) sedang duduk di mesjid. Sembari menunggu shalat, di masing-masing halaqah ada satu orang yang memimpin mereka, dan masing-masing anggotanya menggenggam kerikil. Orang tersebut lalu berseru, “Ayo takbir seratus kali..” lalu mereka mulai bertakbir. Lalu ia berkata, “Ayo tahlil seratus kali” dan mereka pun bertahlil. Kemudian ia berkata “Ayo tasbih seratus kali” dan mereka pun bertasbih. Lanjut Abu Musa. “Lantas apa yang kau katakan kepada mereka?” tanya Ibnu Mas’ud. “Aku sengaja tidak mengatakan apa-apa, karena ingin tahu apa pendapatmu” jawab Abu Musa. “Mengapa tidak kau perintahkan agar mereka menghitung kesalahan mereka, dan kau jamin bahwa kebaikan mereka takkan hilang?” tegur Ibnu Mas’ud. Keduanya pun berlalu meneruskan perjalanan, dan kami mengikuti mereka sampai tiba di salah satu halaqah yang dimaksud. Sambil berdiri di hadapan mereka, Ibnu Mas’ud bertanya: “Apa yang sedang kalian lakukan?” “Wahai Abu Abdirrahman, ini adalah kerikil yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil, dan tasbih” jawab mereka. “Hitung saja kesalahan kalian, karena kujamin tidak akan ada kebaikan kalian yang hilang sedikitpun… Celakalah kalian wahai umat Muhammad ! Alangkah cepatnya kalian binasa, padahal para sahabat Rasulullah ada di mana-mana, pakaian Rasulullah belum lusuh, dan bejana beliau belum pecah?! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya; kemungkinannya hanya dua: kalian berada di atas ajaran yang lebih benar dari ajaran Muhammad, atau kalian pembuka pintu kesesatan !” lanjut Ibnu Mas’ud. “Wahai Abu Abdirrahman, Demi Allah, kami hanya mencari kebaikan” jawab mereka. “Berapa banyak pencari kebaikan yang tidak pernah mendapatkannya” tukas Ibnu Mas’ud. “Rasulullah pernah bercerita kepada kami bahwa ada suatu kaum yang gemar membaca Al Qur’an namun tidak melebihi tulang selangka mereka. Demi Allah, boleh jadi mayoritas dari mereka adalah kalian” lanjut Ibnu Mas’ud seraya meninggalkan mereka. ‘Amru bin Salamah -perawi kisah ini- lantas berkata, “Sungguh, aku melihat kebanyakan dari mereka akhirnya bersama kaum khawarij melawan kami di perang Nahrawan”.[7] Dari hadits di atas, jelaslah bahwa mengadakan majelis dzikir seperti yang sering kita lihat di televisi adalah bid’ah dholalah menurut Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Sikap beliau tadi juga dibenarkan oleh sahabat lainnya, yaitu Abu Musa Al Asy’ari. walaupun sepintas mereka sekedar membaca takbir, tahlil, tasbih, dan semisalnya -dan semuanya adalah ucapan mulia-, akan tetapi tata cara yang mereka lakukan tadi sama sekali tidak dikenal oleh para sahabat. Alasan mereka yang ‘sekedar menghendaki kebaikan’ juga ditolak mentah-mentah oleh Ibnu Mas’ud, sebab untuk mendapat kebaikan kita tidak boleh menghalalkan segala cara, namun harus bertolak dari Rasulullah dan praktek para sahabat. Hadits ini mengingatkan kita akan bahaya bid’ah yang sepintas nampak ringan… namun lama kelamaan menyeret pelakunya ke bid’ah lain yang lebih parah. Mereka yang mulanya ‘hanya’ senang ‘tahlilan’, ujung-ujungnya menjadi khawarij yang memerangi kaum muslimin! Demikianlah tipu daya syaithan terhadap ahli ibadah yang ikhlas namun jahil… Dalam beribadah, keikhlasan tidaklah cukup, namun harus dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah. Bacaan tasbih, tahlil, takbir, dan tahmid yang demikian besar pahalanya di sisi Allah, bisa menjadi bencana bagi pelakunya jika diamalkan tanpa mengikuti ‘aturan main’. Melakukan dzikir secara koor adalah bid’ah. Mengangkat suara dalam dzikir juga salah[8]. Membaca lafazh tertentu yang diulang-ulang dalam jumlah tertentu tanpa dalil, adalah perbuatan yang menyelisihi Sunnah. Maka dari itu, waspadalah !!
Ayo ngopi dulu biar gak tegang. slow aja
Apakah boleh berdzikir beribu kali… Seperti dzikir asmaul husna???
Setahu saya dzikir asmaul husna tidak diajarkan oleh teladan kita, yaitu Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam. jadi jangan diamalkan, malah bid’ah nanti… yg jelas-jelas beliau ajarkan masih banyak kok.
Apakah boleh berdzikir beribu kali… Seperti mengamalkan dzikir asmaul husna??
Q baca blog ini malah takut tersesat, masa orang berDzikir Kok salah, bid’ah sesat. Ajaran dari mana tu? Emang ada dalil tentang itu? Tentang larangan dzikir berjamaah, Coba bagaimana dalilnya q pengen tau. Biar semua orang jg bsa tau biar tidak timbul fitnah. Karena yang berhak menentukan hanya alloh swt, bukan manusia. Maka kita kita harus hati2 dalam mengambil keputusan. Coba mas sebutkan dalilnya, kalau memang ada. Mkasih
Lho, bukankah kisah sahabat Ibnu Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari yg saya sebutkan dlm tulisan diatas cukup jelas sbg dalil? Kalau dzikir jama’ah model spt itu bukan sesuatu yg munkar dan bid’ah, tidak mungkin sahabat Ibnu Mas’ud mengingkari mereka… Nah, kesesatan para pelaku dzikir berjama’ah tsb bermula dari sikap mereka yg memandang baik perbuatan bid’ah dlm agama, yg lambat-laun menggiring mereka dari satu bid’ah ke bid’ah lainnya yg lebih besar, hingga akhirnya kebanyakan dari pelaku dzikir jama’ah tsb bergabung dengan kelompok sesat khawarij, yg menghunuskan pedang kepada kaum muslimin. na’udzu billah.
Jadi, bukan dzikir itu yg salah, namun caranya… dan sikap para pelaku dzikir yg memandang baik perbuatan bid’ah mereka itu yg berbahaya… karena sejarah membuktikan bahwa sikap spt ini akhirnya melahirkan kesesatan besar. siapa mengira bhw orang yg ‘ahli dzikir’ akhirnya mjd ‘ahli menumpahkan darah kaum muslimin’???
Ambil Positifnya aja, masalah benar atau tidaknya mohon koreksi masing-masing…???
Kalaupun bid’ah mengandung sisi positif -dan ini perlu dalil lho-, maka sisi negatifnya jauuuh lebih besar. Gunakan metodologi ilmiah dalam membahas masalah ilmiah, jangan cuma ‘menurut saya’ atau ‘menurut anda'; tapi menurut dalil bagaimana? Bagaimana pula para salafus shalih menyikapi apa yg dianggap ‘positif’ oleh kebanyakan orang hari ini? Apa kita yg ga’ pernah ketemu Rasul, ga’ pernah berjihad demi tegaknya Islam, pas-pasan ilmunya atau bahkan mayoritas jahil thd ilmu2 dasar dlm agama, hendak menempatkan diri kita sejajar dengan para sahabat, shgga apa yg mereka inkari kita anggap ma’ruf, atau sebaliknya? Subhaanallaah…
maaf, tapi saya jadi bingung. jadi sebenarnya dan seharusnya membaca dzikir yang baik itu bagaimana ? dan harus berapa kali?
soalnya saya pernah mendengarkan ceramah “berdzikirlah sebanyak-banyaknya untuk selalu mengingat Allah”.
Berdzikir sebanyak-banyaknya, tanpa harus membikin aturan sendiri tanpa dalil, baik dengan menetapkan bilangan tertentu, atau cara, waktu, tempat, sebab, atau bacaan tertentu dlm pelaksanaan dzikir; kecuali bila hal tsb berdasarkan dalil yg benar secara syar’i.
Yg mjd masalah ialah bila dzikir dilakukan dgn bilangan ttt, cara ttt, waktu ttt, tempat ttt, atau sebab ttt tanpa ada dalilnya. inilah yg menghantarkan pd kesesatan, spt sesatnya kaum ahli bid’ah dari dulu hingga skrg. Jelas akhi?
Stuju tad.bukan ngekor tp mang bgitu ilmu yg sy dpt. Akur…maju trus jg gentar memberi kabar kebenaran. Jg ky ustad tv yg hanya dunianya aja…yg komen maaf belar dulu dg akal dan hati nurani
Zdikirlah sbanyak bnyaknya tmpa knal tmpat..tp klw sudah dibatasi dg hitungan 1000x atw 1000000x itu sudah urusan dunia. Minta ini minta itu demi apa klw gal bgitu. Klw sudah urusan dunia brati identik dg syetan. Brati yg zdikir 100x..1000x itu adalahhh…….??? Jwb sndiri
Saya stuju sekali dgan saudara abu hudzaifah al atsary …terimakasih banyak sdh sudi berbagi ilmu yg brmanfaat …smoga kbaikan anda diblas oleh allah swt …amiin
BACAAN DZIKIR TASBIH ITU YEK LUAR BIASA PAHALANYA..PERNAH BACA HADIST G SICH YG PUNYA WEB INI…..CAPEK DECH….DZIKIR KOQ ORANG JD CELAKA??ANEH BANGET YG OUNYA BLOG INI MERUSAK PERSATUAN DAN KESATUAM UMAT….BANNED AJA NI BLOG ADMIN…
YG PUNYA WEB INI GOBLOK!!!APA PURA2 GOBLOK,MASA’DZIKIR AJA DIKATAIN CELAKA KARENA DZIKIR….YG PUNYA BOLG INI HARUS BANYAK2 ISTIGHFAR DECH…ORANG DZIKIR ATAU MAJLIS DZIKIR KOQ DIPERMASAH
LAHKAN…GUOBLOKKKKKK ENTE INI YEKK
Allaah yahdiik bass. Percuma dijelasin kalau bicara pake hawa nafsu dan baca artikel sambil merem. Ane kagak bilang: “Celaka karena berdzikir”, tapi karena SALAH BERDZIKIR. lo faham bahasa Indo kagak sih?? Sono belajar baca tulis dulu yg bener, baru komen.
siapa yg suka bepergian dengan mesin tidak dengan unta?
siapa yg masak pakai kompor tidak dengan kayu bakar?
siapa yang menyimpan duit di bank?
siapa yg suka mendengarkan orang baca alquran dari dvd atau hp?
itu semua contoh bid’ah !
kita semua milik Alloh segalanya dari Alloh mari kita mohon petunjuk dari Alloh swt mana yang boleh dikerjakan mana yg tidak percuma kita berdebat kalau semua merasa paling benar karna kebenaran itu milik Alloh jadi mohonlah petunjuk kepada Alloh! sekian sekilas dari insan yang dha’if!!!!.
ck ck ck ck…. bilang aja tidak ada bid’ah di dunia, semuanya sunnah! Dzikir jama’i sunnah… maulid nabi sunnah… tahlilan sunnah… shalawatan sunnah… peringatan 7 hari dst pasca kematian juga sunnah (berani ente bilang begitu?). Percuma aja berdebat kalau ga’ pake dalil, tapi pake hawa nafsu… percuma aja diberi pengertian tapi ga’ mau ngerti. Udah dijelasin berulangkali mana bid’ah mana bukan bid’ah tetap aja berdalil dgn logika sakit spt itu. Benar sekali perkataan anda, bahwa anda insan yg dha’iff. sehingga semestinya anda tidak usah komentar…
saudaraku, jangan berdebat pada hal-hal yang tidak konstruktif, rasulullah melarang umatnya berdebat.
Mana dalilnya?
Bagaimana dgn hadits ini : Suatu ketika Rasulallah keluar melihat sekelompok sahabat yg sedang duduk bersama,lalu rasulallah bertanya : apa yg membuat kalian duduk bersama di sini ? Mereka menjawab: kami duduk berdzikir kpd Allah dan memujinya,kemudian rasulallah bersabda:sungguh aku didatangi oleh Jibril dan ia memberitahukan kpd ku bhwa Allah membanggakan kalian di kalangan para malaikat (HR.Muslim & At Tirmidzi
Thayyib, coba jelaskan bagaimana cara mereka berdzikir dan memuji Allah tadi? Apakah hadits tsb menyebutkan bhw caranya ialah dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir secara serempak? Mungkinkah Rasulullah menanyakan: Kalian sedang apa kalau saat itu mereka melakukan dzikir jama’i yg dengan jahr yg suaranya pasti terdengar? Untuk apa beliau menanyakan hal tsb jika memang cara dzikir mereka adalah spt yg antum bayangkan (model Arifin Ilham, tahlilan, dan shalawatan hari ini)?
Selain daripada itu, kata dzikir sendiri tidak selamanya berarti bacaan wirid. ia kadang berarti mencari ilmu, dan orang yg dijuluki ahludzdzikr dalam al Qur’an maksudnya adalah para ulama. Demikian pula yg dimaksud dengan majalisuddzikr dalam hadits Nabi. Sebagaimana yg dinukil oleh Imam Nawawi dlm kitab beliau Al Adzkaar, dari salah seorang Tabi’in senior bernama Atha’ bin Abi Rabah, bahwa yg dimaksud dengan majelis-majelis dzikir ialah majelis ttg halal-haram, bagaimana aturan berjual-beli, hukum nikah, thalaq, dan semisalnya. Yakni majelis ilmu yg mengajarkan hal-hal tsb. Jadi, besar kemungkinan bahwa yg dimaksud dlm hadits ini bahwa mereka sedang berdzikir kpd Allah ialah sedang mempelajari hal-hal yg berkaitan dengan syariat Allah/kebesaran Allah, lalu hal itu diikuti oleh pujian mereka. Jadi, darimana bisa dipastikan bahwa mereka melakukan dzikir jama’i dengan cara yg ramai dilakukan hari ini??
jangan berdebat, rasulullah melarang umatnya. brdebat.
saya membaca karya SYEIKH sa’id bin wahf alqahthani
rasulullah: demi allah sesungguhnya aku minta ampun kpada allah dan bertaubat kepadanya dlam shari lebih dari tujuh puluh kali.
rasulullah: wahai manusia bertaubatlah kpada allah, sesungguhnya aku brtaubat kpadanya sratus kali dlm sehari.
rasulullah: sesungguhnya hatiku lupa (tidak ingat kpada allah) pdahal sesungguhnya aku minta ampun kpadaya. dalam sehari seratus kali.
.barang siapa yg membaca: maha suci allah dan aku memujinya, dlam sehari seratus kali, maka ksalahannya akan di hapuskan skalipun seperti buih air laut.
.rasulullah: apakah seseorang diantara kamu tidak mampu mendapatkn seribu kebaikan setiap hari? slah seorang diantara yg duduk bertanya: bgaimana mungkin bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)? rasulullah: hendaklah dia membaca seratus tasbih, maka di tulis seribu kebaikan baginya atau dihapuskan darinya seribu keburukan.
ada riwayat. rasulullah mengajarkan kpada siti fatimah, tasbih 33x tahmid 33x takbir 34x.
ustadz-ustadz adalah pejuang-pejuang dakwah dan syiar dalam melanjutkan kebenaran dari Allah yang disampaikan Rasulullah. Semoga ustad-ustadz mendapat perlindungan dan hidayah dari Allah, agar tidak terkontaminasi atau tergoda dalam perwujudan Iblis, syaithon, dan dajjal. Sehingga masa demi masa nasihat menasihati untuk MENAATI kebenaran dari NYA dan MENETAPI kesabaran terhadap ketetapan-NYA, tetap dan tepat pada posisinya.
Wassalam
Husni Ali Al faqir
اللهم آمين
lakukanlah dan yakinilah yg benar mnrt anda..,tetapi tidak perlu mengatakan bhwa dzikir masal celaka.
islam itu indah dgn segala macam perbedaan dan sudut pandang.perbanyaklah berbuat amal dari pada menyalahkan orng lain.wassalam
Salah satu yang saya yakini kebenarannya ialah wajibnya menjelaskan kebatilan yg dibungkus dengan kebenaran. Salah satu kebatilan berbungkus kebenaran tadi adalah bid’ah dalam agama, dan salah satu bid’ah tsb adalah dzikir massal.
Islam sudah sempurna, jangan ditambahi dan dikurangi.
Ibadah yang paling sempurna adalah ibadahnya Nabi SAW, itulah sebaik-baik teladan.
Baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah SWT.
Setan menyesatkan manusia sedikit demi sedikit.
Belajarlah dari sejarah, kenapa ada aliran-aliran yang menyimpang ? Kenapa Yahudi menyimpang ? Kenapa Nasrani menyimpang ? Penyimpangan tidak terjadi seketika tetapi sedikit demi sedikit hingga terbiasa dan dianggap baik banyak orang.
asalamualaikum.ustad.anda sudah mengingat Alloh brp kali dlm sehari?cukup unt tebus dosa anda? Nabi saw maksum masih berdikir banyak.bagaimana dgn anda ?saudara Robbani sdh menjelaskan dgn panjang lebar . Kalau menurut saya pak ustad lebih baik berdikir yg banyak .ketimbang sibukmeneliti urusan orang lain agar bercerai berai.klu bicara bidah? Anda belajar nahwu ?apa ada zaman nabi? apakah zaman nabi &sahabat memakai AlQuran spt skrg ada tanda baca??sahabat nabi paling tau masalah bidah mengapa masih melakukan :sholat tarawih jamaah.adzan sholat 2x.apakah ada tujuan dari apakah yg di lakukan sahabat nabi?.Saya memohon kpd ALLOH agar aku di Mati saat Bedzikir Banyak dan mudah mudahan Alloh tdk mematikan kamu disaat mengkafirkan mensyirikkan dll.kpd muslim lain.Ustad lebih tau haditsnya.oh ya ustad.Hadits nabi bukan cuma ucapan tapi perbuatan juga.tdk semua apakah yg dilakukan nabi harus di kerjakan.yg tdk di lakukan di larang. anda sakit /istri melahirkan? di bawa kemana? Ok trim.
Kalau ucapan Anda dalilnya hanya ‘menurut saya’ ya tidak perlu saya tanggapi lah… karena anggapan manusia bukanlah dalil dlm beragama. Ilmu Nahwu dll yg anda sebutkan sama sekali bukan bid’ah. Anda tidak bisa membedakan antara bid’ah dengan mashalih mursalah. Belajar dulu yg baik, baru berkomentar. Agar komentarnya ilmiah dan tidak ngalor-ngidul…
Setuju sekali …….
Apakah ada dalil disaat sahabat nabi membukukan alquran sh.tarawih jamah adzan dll.disaat nabi saw hidup?padahal bidah itu dolalah masuk neraka.Alloh apa prasangka hambqnya kalau hambanya pikiran sempit ya sempit.pak ustad ketimbang meneliti urusan orang lain mending dikir yg Banyak biar lunak hati.kalau liat artikel pak ustad sempit.perbuatan nabi& sahabat luar biasa padahal di jamin masuk surga.dikir Banyak di bilang salah aneh ananda ini.masih belum paham.ngaji bos.jgn cuma bisa ndalil posisi anda di akhirat blm tau.masih belum paham juga?.jg2 imu anda tdk manfaat.difikir jgn cuma di baca.
Kalo menurut ane, semua yg diperintahkan Nabi, KERJAKAN. Semua yg TIDAK pernah Nabi lakukan TINGGALKAN. Simple, kok. Apakah Nabi dan sahabat pernah dzikir berjamaah..?? Tidak pernah… TINGGALKAN…… Apakah Nabi dan sahabat pernah dzikir sendiri2, dirumah / di masjid…??? Pernah.. KERJAKAN…. Semua yg dikerjakan oleh Nabi, PASTI bernilai pahala…, semua yg TIDAK pernah dikerjakan oleh Nabi pasti SIA-SIA……..
Naam..ana setuju dengan pendapat akhi neo
Assalamua’alaikum ustadz…
sekolahan saya akan mengadakan siraman rohani pagi, yang kegiatan ini diadopsi dari suatu sekolahan yang melakukan siraman rohani dengan cara membaca asmaul husna. saya berfikir klau bentuk kegiatan tersebut tidak sesaui sunnah, maka saya bermaksud menggantinya dengan pembacaan sebagian dari dzikir pagi, tpi masalahnya teknis pelaksanaannya bgimana, kalau tidak dipandu sy yakin anak-anaknya tidak bisa, tpi kalau dipandu sya khawatir menyalahi sunnah. mohon penjelasannya ustadz…
Kalau mereka sudah dewasa, maka jelaskan bahwa panduan tsb sekedar utk mengajarkan bacaan dzikir, dan bukan berarti bahwa tatacara membacanya ialah bersama-sama spt itu. nanti kalau mereka sdh fasih dan hafal bacaan tsb, ajarkan bahwa cara membacanya ialah sendiri-sendiri, bukan secara koor. Dengan demikian anda tidak menyalahi sunnah insya Allah.
Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh akhi.
Bagaimana tata cara berdzikir yang sesuai dengan sunnah rasul itu ustadz?
Di dalam Al-Qur’an, kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.(Al ahzab:41)
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ
Artinya : orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring…(Ali imron:191)
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Artinya : laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.(Al ahzab :35)
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya :(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar ra’d:28)
نَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا.
Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An nisa’:142)
Masih banyak lagi ayat Al-Qur’an tentang dzikir ini. Bagaimana pendapat ustadz jika di dalam Al-Qur’an Surat An nisa’ ayat 142 dijelaskan kalau orang-orang munafik tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.
Kita boleh memberikan penjelasan dan ber argumen tetapi jangan sekali-sekali menyelisihi Al-Qur’an, karena hukum islam yang tertinggi adalah Al-Qur’an.
Bagaimana membuat qalbu dan lisan ini bisa berdzikir di waktu duduk, berdiri, maupun sedang berbaring jika kita tidak melatih nya dengan berdzikir sebanyak-banyaknya. Jika kita hanya mengingat Allah di waktu sholat, waktu berdoa memulai pekerjaan, dan di waktu di timpa kesusahan.
Rosul tidak pernah mengajarkan kita berkelompok-kelompok. Apalagi masing-masing kelompok merasa paling benar dan mencerca kelompok lain yang tidak sependapat dengan mereka.
Agama Islam itu adalah Agama yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rosul. Tidak berdasarkan fatwa-fatwa kelompok tertentu yang merasa paling benar. Ada orang yang banyak berdzikir mereka katakan Bid’ah. Pelajari dulu di dalam Al-Qur’an setiap ayat yang memerintahkan berdzikir. Korelasikan dengan hadits shahih nya. Yang jelas hadits tidak boleh bertentangan dengan dalil Al-Qur’an. Bukankah Al-Qur’an tidak menjelaskan bilangan berdzikir itu berapa? tetapi dikatakan berdzikir lah sebanyak-banyaknya.
jangan disamakan dengan perintah sholat. Karena Sholat itu rakaat dan waktu nya ditentukan. Contoh: Sholat Subuh 2 Rakaat waktunya di subuh hari, Sholat ada syarat dan rukunnya. Sedang dzikir belum pernah saya temukan rukun nya. Yang ada itu berupa etika contoh nya di dalam Al-Qur’an di perintahkan untuk merendahkan suara bacaan.
Jangan gampang me label orang sesat. Tapi coba pahami diri sendiri sejauh mana kita mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Sejauh mana diri kita bertindak sesuai dengan Al-Qur’an. Karena Ahklak nya Rosulullah SAW itu adalah Al-Qur’an.
Apakah ada yang merasa lebih benar dari pada Al-Qur’an?
Jika terjadi kesesatan dengan suatu umat itu tidak akan bisa dikembalikan lurus tanpa kehendak Allah. Seorang nabi Ibrahim AS pun tidak bisa mengajak Ayah nya keluar dari kesesatan.
Al-Qur’an itu petunjuk yang lurus dari Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang ummat Islam berpecah belah seperti kaum musyrikin:
“Artinya : Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama me-reka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar-Rum: 31-32]
Jazaakallaahul khairan atas komentar dan masukannya, shadaqallaah, wa shadaqa Rasuuluhu. Saya sama sekali tidak mengingkari ayat-ayat yang Anda sebutkan di atas. Maksud saya -bila difahami dengan benar- ialah menentukan bilangan dan bacaan tertentu dalam berdzikir, misalkan membaca tahlil 1000 kali, atau 10 ribu kali… bukan banyak berdzikir secara mutlak tanpa terikat dgn bilangan tertentu yg tidak ada dasarnya. Atau dengan mengaitkannya dengan even-even tertentu yg tidak ada dalilnya (yg shahih), spt menjadikan peringatan 7 harian, 40 harian, 1000 harian dst sbg even utk membaca tahlil.
Kemudian, perlu anda fahami bahwa tidak ada sunnah yg shahih yg bertentangan dengan Al Qur’an, kalau sepintas nampak kontradiksi, maka tak lepas dari dua kemungkinan: pertama: yg dianggap shahih tsb sebenarnya tidak shahih, atau pemahaman yg bersangkutan yg tidak shahih. Silakan baca tasbih, tahmid, takbir, tahlil setiap ingat dan sebanyak-banyaknya, tanpa menetapkan bilangan tertentu dan tata cara tertentu serta mengaitkannya dengan even-even tertentu yg tidak berdasarkan dalil.
Sebenarnya yg jelas-jelas disunnahkan (diajarkan) Rasulullah sudah sangat banyak dan bila sebagian besarnya (apalagi semuanya) kita amalkan, maka kita akan menjadi orang yg banyak berdzikir dan SESUAI SUNNAH. Jadi, jangan memahami Al Qur’an secara parsial dan terpisah dari aplikasi Rasulullah dan para sahabat beliau. Yg paling faham dan antusias dalam mengamalkan ayat-ayat yg Anda sebutkan tadi tentunya Rasulullah dan para sahabat beliau. Kalau Anda mengklaim ada pihak lain yg lebih banyak berdzikir dari mereka, maka Anda keliru. Nah, berangkat dari sini, banyak berdzikir yg dimaksud bukanlah tanpa aturan sama sekali, atau diserahkan kepada selera kita masing-masing… namun ikutilah sunnah Rasulullah yg mengajarkan dzikir pagi dan petang, dzikir usai shalat 5 wkt. dzikir menjelang tidur, istighfar saat duduk di suatu majelis, dsb yg selengkapnya bisa Anda baca di Kitab Al Adzkar tulisan Imam Nawawi. Termasuk dzikir-dzikir yg sifatnya mutlak.
Jadi sekali lagi, apa yg saya katakan celaka/sesat karena salah berdzikir ialah bukan karena mereka semata-mata banyak berdzikir, namun karena mereka melakukan bid’ah walaupun bentuknya adalah dzikir. Dan perlu Anda ingat, bahwa yang mengingkari hal tsb adalah sahabat senior Ibnu Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari, dan terbukti bahwa para pelaku dzikir bid’ah tersebut akhirnya memang tersesat jauh dan bergabung bersama kaum khawarij yg memerangi kaum muslimin di Nahrawan.
Al Qur’an dan Sunnah harus difahami dengan pemahaman salafus shalih, bukan pemahaman saya pribadi atau anda atau siapa saja. Kalau Anda bisa mendatangkan argumentasi yg mendetail silakan, tapi kalau dalil-dalil yg sifatnya mujmal spt itu dan mengabaikan pemahaman serta praktik para salaf, maka inilah sumber penyimpangan yg sebenarnya. Bukankah kaum khawarij juga berdalil dengan Al Qur’an dan sangat banyak mengingat Allah? Bahkan Rasulullah mengatakan kpd para sahabatnya bhw kalian akan meremehkan shalat, puasa, dan bacaan Al Qur’an kalian bila melihat shalat, puasa, dan bacaan Al Qur’an mereka. Pun demikian apakah itu semua berarti mrk tidak menyimpang? Justru Rasulullah menyifati mereka sbg orang yg keluar dari Agama sebagaimana anak panah keluar menembus targetnya. Ini menunjukkan bahwa hanya berangkat dari Al Qur’an dan mengabaikan sunnah, adalah penyimpangan besar yg menghantarkan kepada kecelakaan dan kebinasaan.
BASWEIDAN BERDALIL DENGAN CARA SUPER ANEH: MENOLAK AYAT QURAN, MENOLAK HADITS SHAHIH DENGAN KALAM SHABAT
Mengenai pelarangan dzikir jamaah dengan atsar sahabat tersebut ,adalah tidak berdasar mengingat BANYAK SEKALI AYAT QURAN dan HADITS SHAHIH yang menganjurkan dzikir berjamaah. Bila benar Ibnu masud (sebebanrnya Ibnu masud tidak pernah melarang dzikir jamaah, mana ada kalimat Ibnu masud mencela perbuatan tersebut karena dzikir jamaah?) melarang dzikir jamaah, maka Pelarangan ini tidak bisa diterima karena menentang Quran dan kalam Nabi. Kalam sahabat tidak bisa digunakan untuk membantah kalam Allah dan kalam Nabi Muhammad. Inilah cara aneh basweidan.com, cara abad milenium dalam berdalail:
MENOLAK AYAT QURAN DAN KALAM NABI MUHAMMAD, MENOLAK HADITS SHAHIH DENGAN KALAM SHABAT
Nih, dalil dan sangggahan untuk dzikir berjamaah:
http://ustadzaris.com/sanggahan-untuk-amalan-dzikir-berjamaah
KEDUSTAAN BASWEIDAN.COM DAN KHAYALAN TAK BERDALILNYA DALAM MEMAHAMI ATSAR SHAHABAT
BASWEIDAN.COM menukil atsar sebagai berikut:
“…Abu Musa Al Asy’ari pernah berkata kepada Ibnu Mas’ud, “Tadi Aku melihat orang-orang dalam beberapa halaqah (kelompok) sedang duduk di mesjid. Sembari menunggu shalat, di masing-masing halaqah ada satu orang yang memimpin mereka, dan masing-masing anggotanya menggenggam kerikil. Orang tersebut lalu berseru, “Ayo takbir seratus kali..” lalu mereka mulai bertakbir. Lalu ia berkata, “Ayo tahlil seratus kali” dan mereka pun bertahlil. Kemudian ia berkata “Ayo tasbih seratus kali” dan mereka pun bertasbih. ….”
Lalu basweidan.com menyampaikan bahwa apa yang halaqoh2 itu lakukan ADALAH SALAH menurut IBnu Mas’ud. DAN Y BASWEIDAN.COM MENYALAHKANNYA KARENA HALAQOH ITU DZIKIR BERJAMAAH.
Pertanyaan:
MANAKAH KALIMAT DALAM ATSAR TERSEBUT YANG MENJELASKAN BAHWA LETAK KESALAHANNYA ADALAH KARENA DZIKIR BERJAMAAH???
==>
Ibnu Mas’ud bertanya: “Apa yang sedang kalian lakukan?” “Wahai Abu Abdirrahman, ini adalah kerikil yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil, dan tasbih” jawab mereka. “Hitung saja kesalahan kalian, karena kujamin tidak akan ada kebaikan kalian yang hilang sedikitpun… Celakalah kalian wahai umat Muhammad ! Alangkah cepatnya kalian binasa, padahal para sahabat Rasulullah ada di mana-mana, pakaian Rasulullah belum lusuh, dan bejana beliau belum pecah?! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya; kemungkinannya hanya dua: kalian berada di atas ajaran yang lebih benar dari ajaran Muhammad, atau kalian pembuka pintu kesesatan !” lanjut Ibnu Mas’ud. “Wahai Abu Abdirrahman, Demi Allah, kami hanya mencari kebaikan” jawab mereka. “Berapa banyak pencari kebaikan yang tidak pernah mendapatkannya” tukas Ibnu Mas’ud. “Rasulullah pernah bercerita kepada kami bahwa ada suatu kaum yang gemar membaca Al Qur’an namun tidak melebihi tulang selangka mereka. Demi Allah, boleh jadi mayoritas dari mereka adalah kalian” lanjut Ibnu Mas’ud seraya meninggalkan mereka
‘Amru bin Salamah -perawi kisah ini- lantas berkata, “Sungguh, aku melihat kebanyakan dari mereka akhirnya bersama kaum khawarij melawan kami di perang Nahrawan”
SEKALI LAGHI, MANAKAH KALIMAT DALAM ATSAR TERSEBUT YANG MENJELASKAN BAHWA LETAK KESALAHANNYA ADALAH KARENA DZIKIR BERJAMAAH???
Inilah kedustaan Basweidan.com dalam membawakan atsar sahabat.
Halaqoh itu berkumpul di masjid, apakah berkumpul di masjid sesat? Halaqoh itu membawa kerikil, apakah membawa kerikil sesat? Halaqoh itu dzikir takbir, tasbih, dsb. Apakah takbir dan tasbih ini sesat?
Halaqoh itu melakukan aneka kegiatan, tidak mungkin semua kegiatan di situ salah. Yang mana yang dianggap salah oleh Ibnu mas’ud?
TIdak ada sama sekali kalimat Ibnu mas’ud yang menyalahkan karena mereka dzikir jamaah.
Sebenarnya ada kalimat2 penting yang menjadi petunjuk di mana letak kesalahan jamaah halaqoh itu, tetapi Basweidan.com terbutakan oleh taqlid butanya pada jamaah salafi wahabi sehingga kesulitan melihat.
“Rasulullah pernah bercerita kepada kami bahwa ada suatu kaum yang gemar membaca Al Qur’an namun tidak melebihi tulang selangka mereka.” ==> baca sesuatu yang baik tapi tidak sampai hatinya
“‘Amru bin Salamah -perawi kisah ini- lantas berkata, “Sungguh, aku melihat kebanyakan dari mereka akhirnya bersama kaum khawarij melawan kami di perang Nahrawan” ==> inilah sifat khawarij, dzahirnya banyak amalnya tapi tidak menembus dalam hatinya, suka mengkafirkan dan menyalahkan orang inilah sifat khawarij
Inilah letak kesalahan mereka sebagaimana dituturkan sendiri oleh Ibnu Mas’ud dan perawi atsar
dan itu SAMA SEKALI TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN DZIKIR JAMAAH dan IBNU MASUD TIDAK PERNAH MENYALAHKAN MEREKA KARENA DZIKIR JAMAAH YANG MEREKA LAKUKAN, SEBAGAIMANA IBNU MASUD JUGA TIDAK MENYALAHKAN MEREKA KARENA MEREKA BERKUMPUL DUDUK DI MASJID
Dari Sa’id bin Musayyab Radhiyallahu anhu, bahwa ia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang itu berkata, “Wahai Sa’id, apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat?”, lalu Sa’id menjawab :”Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyalahi Sunnah”
[SHAHIH. HR Baihaqi dalam “As Sunan Al Kubra” II/466, Khatib Al Baghdadi dalam “Al Faqih wal mutafaqqih” I/147, Ad Darimi I/116]
Apakah Allah akan menyiksa anda karena Dzikir….??? TIDAK, Allah menyiksa anda karena Dzikir yang TIDAK pernah Nabi lakukan, yaitu Dzikir berjama’ah……..
ahsantum, baarakallaahu fiikum. Semoga para kritikus tulisan ini bisa memahami, bahwa kita tidak bermaksud memvonis si pelaku sebagai ahli neraka… tidak. Itu terserah Allah, namun kita sekedar mengingatkan bahwa bid’ah itu sesat (apapun bentuknya dan sebaik apapun dia dimata pelakunya). Semua bid’ah tanpa kecuali telah dicap sesat oleh Rasulullah, dan beliau-lah yg mengatakan bahwa yg sesat itu di neraka. Mau terima alhamdulillah, ga’ mau terima ya terserah. Gitu aja kok repot??
Belajarlah tentang islam lebih banyak lagi dan jangan suka menyalahkan orang lain, tugas manusia hanya menyampaikan dan tugas Allah lah yang menghisap.(segala sesuatu itu tergantung niatnya)semoga Allah memberimu petunjuk. aamiin.
Kenalilah bid’ah, niscaya engkau akan mengenali sunnah. kalau tidak kenal bid’ah, jangan harap mengenal sunnah. Sayyidina Umar bin Khatthab mengatakan:
إنما تنقض عرى الإسلام عروة عروة إذا نشأ في الإسلام من لا يعرف الجاهلية
Simpul Islam akan lepas satu-persatu, bila orang-orang yg dibesarkan dlm Islam tidak mengenal ajaran jahiliyyah.
Segala sesuatu tergantung niat DAN JUGA CARANYA YA AKHI. kalau beragama tidak perlu mengindahkan tata cara, maka itulah hakikat kesesatan. Seorang muslim punya niat baik ingin naik haji, tapi dia tidak punya uang. maka dia pun mencuri agar mendapatkan uang untuk naik haji. Menurut Kaidah antum, segala sesuatu itu tergantung niatnya. berarti…. simpulkan sendiri.
Seorang muslim ingin mendekatkan dirinya kepada Allah, namun ia merasa dirinya begitu banyak berlumuran dosa. Shg dia mendatangi kuburan org yg dianggap shalih lalu meminta kepada org mati tsb agar mendoakan dirinya spy jadi orang shalih. Atau ia melakukan tawaf mengelilingi kuburan tsb dengan niat bertaqarrub kpd Allah…. kan tergantung niatnya tho?
Kutipan tulisan : [8]. Membaca lafazh tertentu yang diulang-ulang dalam jumlah tertentu tanpa dalil, adalah perbuatan yang menyelisihi Sunnah. Maka dari itu, waspadalah !!
bagaimana dengan dalil ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.(Al ahzab:41)
Pelajari dulu seluruh dalil tentang berdzikir. Jangan berfatwa memakai hawa nafsu.
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya”.(Al ahzab:41)
Maksud ente sebanyak2 tuh, sejuta kali gitu..?? atau 100 ribu kali gitu…???
Begini nih tipikal dan model2 khawarij, menterjemahkan ayat seenak perutnya dan seenak udelnya sendiri….
Kalau menterjemahkan ayat, haruslah sesuai dengan PEMAHAMAN Nabi….
Kalau berdzikir, ya ikuti tata cara Nabi, kebiasaan2 Nabi, jumlah dzikirnya Nabi, bukan ngarang2 sendiri….Dasar Ahlul Bid’ah bin Bahloel…..
Assalamu alaikum wr wb.
Semoga ramhat Allah selalu menyirami kita semua yang selalu berusaha berada dijalan-Nya. Sederhana saja, ustadz. “Mengritisi atau mengoreksi cara beribadah orang lain boleh saja selama kita berpegang pada dalil. Namun, selayaknya, kata mengritisi atau mengoreksi tidak berujung pada penyalahan apalagi menentukan pihak yang melaksanakan berbeda dengan kita dihakimi dengan kata “celaka”, “masuk neraka.”
Setahu saya, hakikat berdakwah itu hanya mengajak,menganjurkan, bukan menentukan atau memastikan nasih akhir manusia di akhirat.
Wasssalamu alaikum
Wa’alaikumussalaam warahmatullah wabarakaatuh…
Ya akhi, baarakallaahu fiik. yang sesat tetaplah sesat, dan orang sesat itu celaka. paling tidak celaka di dunia karena amalnya sia-sia setelah ia bersusah payah… atau celaka spt yg dialami oleh mereka yg diceritakan dlm hadits di atas, karena akhirnya mereka berperang di pihak khawarij melawan ahlusunnah wal jama’ah (para sahabat dan tabi’in kala itu). kalau ini tidak antum anggap sebagai kesesatan dan kecelakaan, maka ana hanya bisa mengatakan: Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Adapun masuk neraka atau tidak, itu bukan urusan kita. Kita memang mengatakan bhw semua bid’ah itu sesat, dan semua kesesatan itu di Neraka. itu akidah dan keyakinan saya yg berasal dari sabda Nabi tercinta, yg tidak pernah berdusta dan tidak akan pernah berdusta. yg mempercayai sabda ini berarti dia mukmin kpd beliau, namun yg tidak percaya ya silakan antum hukumi sendiri…
Namun, beliau tidak mengatakan bhw semua pelaku bid’ah di Neraka, dan saya pun tidak akan mengatakan demikian. Antum harus faham duduk perkaranya, ya akhi. Semua bid’ah itu sesat, dan semua yg sesat itu di neraka. Tapi tidak berarti semua pelaku bid’ah harus masuk neraka. Faham?
ow begitu y,,,,,,
asalam wr wb. jangan selalu menyalahkan orang yg sudah melakukan kebaikan,karna setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan ,bagi yg sudah sampai berzikirlah sebanyak mungkin tanpa dihitung .bagi yg belum sampai ilmunya belajarlah semampunya.berilah petunjuk kepada orang yg belum pernah mengucapkan kalimah ALLOH SUBHANALOH, ASTAGFIRLOH. orang yg sudah melakukan jangan di OBOK OBOK.
Wa’alaikumussalaam warahmatullah wabarakaatuh. kalau memang yg dilakukan adalah kebaikan dalam agama (bukan sesuatu yg tidak baik namun dipandang baik), maka saya tidak akan menyalahkan.
Petunjuk tidak hanya diberikan kpd org yang belum pernah mengucapkan kalimah Allah, dll. Tapi juga kepada yg setiap hari mengucapkannya namun tidak/belum mengikuti aturanNya dalam beribadah. Dua-duanya sama-sama harus diberi pengarahan dan penjelasan agar tidak tersesat dari kebenaran.
Apa maksud Anda dengan ‘di OBOK OBOK’?
Agaknya Anda pun harus banyak belajar dan memperbaiki pemahaman Anda juga. Sebab kita tidak hanya diperintahkan untuk BANYAK beramal, namun yang lebih penting dan menjadi tolok ukur adalah ‘Kualitas’ amal kita. Allah berfirman dlm Surah Al Mulk ayat 2 الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا
Dialah (Allah) yg menciptakan kematian dan kehidupan utk menguji kalian, siapakah di antara kalian YANG PALING BAIK amalnya.
Baarakallaahu fiikum. Blog ini juga ada dalam rangka belajar ya akhi. Bukan untuk menyalah-nyalahkan secara serampangan, dan bukan pula untuk membenarkan yang salah. yang salah harus diluruskan berdasarkan dalil-dalil syar’i. Itu saja.
alhamdulillah….artikel yang sangat bermanfa’at ustadz,tapi afwan ustadz untuk pengaturan paragrafnya kok tidak beraturan, mohon untuk pengaturan tulisannya lebih rapi biar lebih enak dibacanya !!!
baarokallahufik
Jazakallaahu khairan… ana sdh lama tidak mengotak-atik tulisan tsb. Dulu ana serahkan ke admin… insya Allah ana rapikan kalau ada waktu.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ, Pak Ustadz apakah pada saat kita berdzikir harus selalu dalam keadaan berwudhu? apa hukumnya jika kita berdzikir tidak dalam keadaan berwudhu? saya pernah mendengar dalam ceramah kajian bahwa dalam suatu riwayat seseorang memberikan salam kepada Rasulullah Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan beliau tidak langsung membalas ucapan salam orang tersebut melainkan setelah beliau bertayamum dahulu dengan sebab As-salam adalah salah satu dari Asma’ul Husna? apa ada riwayat hadits yang khusus menjelaskan kejadian tersebut? جَزَاكَ اللّهُ
Tidak disyaratkan harus berwudhu untuk dzikir yg selain membaca Al Qur’an. Bahkan dalam hadits shahih disebutkan bahwa Nabi senantiasa mengingat Allah dalam setiap kondisi. berarti termasuk dlm kondisi berhadats. Adapun bila dzikir yg dimaksud dgn membaca Al Qur’an, maka ada khilaf dlm hal ini. Ada yg membolehkan dan ada yg melarang. Mereka yg membolehkan beralasan bahwa org yg junub dan hafal Al Qur’an, bukankah Al Qur’an berada dalam dadanya? Jadi, sama saja -menurut pendapat ini- apakah Al Qur’an itu tidak dilafazhkan maupun dilafazhkan. Sedangkan yg melarang beralasan dengan hadits Ali bhw Nabi senantiasa membacakan Al Qur’an kepada kita, kecuali dlm keadaan junub. Hanya saja, sekedar perbuatan Rasulullah tanpa diiringi dengan penjelasan lisan, tidak memiliki status yg jelas. Kalau Nabi sekedar meninggalkan hal tsb tanpa menjelaskan bhw hal itu haram atau makruh atau sekedar mubah; maka kita tidak bisa memastikan statusnya… oleh karena itu, hadits tsb walaupun sahih tidak cukup menjadi dalil utk mengharamkan baca Al Qur’an saat junub. Apalagi jika cuma batal wudhu, haidh ataupun nifas. Sebab ada perbedaan mendasar antara junub dengan haidh dan nifas, yaitu bahwa junub adalah keadaan temporer yg kapan saja bisa diakhiri dengan mandi janabat, alias pilihan utk menjadi suci ada ditangan orang ybs. Lain halnya dengan haidh dan nifas yg tidak bisa diakhiri semau ybs, namun harus melalui waktu tertentu yg bisa lama dan bisa singkat. wallaahu a’lam.
Assalamu’alaikum… Ustadz. mohon ma’af nyambung lagi mengenai dzikir. Amalan/dzikir apa saja yg boleh dihitung dan berapa jumlahnya selain yg 33, apabila ternyata hitungannya kelebihan/kurang, apakah berdosa. Kalau berdzikir/melakukan amalan setiap malam sendirian dirumah, apakah ada batasannya, baik hitungan wirid dan merutin-kannya. mohon pencerahan, Syukron
kalau hitungannya sudah ditentukan, maka jangan kita sengaja menambah atau menguranginya. Contohnya wirid selepas shalat, wirid pagi dan petang, wirid menjelang tidur. adapun bila kita ingin berdzikir secara mutlak, spt saat kita menunggu sesuatu.. ketika dlm perjalanan… dll. maka bacaannya bebas, dan justru jangan dibatasi minimal sekian kali atau maksimal sekian kali.
Kalau antum lupa dgn hitungan bacaan dzikir, maka tetapkanlah berdasarkan dugaan kuat antum. Atau ulangi saja bacaannya dari awal dengan niat baru.
Assalamu’alaikum… Ustadz. mohon pencerahan, Dzikir/wirid yang boleh itu yg bagaimana… dan yg tidak boleh yg bagaimana… ( yg ana pahami setelah membaca artikel diatas, yg tidak boleh karena KOOR-nya itu, apa benar Ustadz…?). Syukron
Alhamdulillah,setelah ana baca artikel ust ini,jadi tambah wawasan ana,dan semakin mantab diatas manhaj yg haq ini,pembahasan artikel ini sangat bermanfaat,di kampung bahkan kalangan keluarga ana hal semacam ini masih terjadi,tp ana akan terus berusaha untuk mengingatkan….jazakullah khoir….
Alhamdulillah, setelah lama berkabar, ustadz kembali berkesempatan untuk menulis. Saya berharap semoga ustadz selalu diberi kemudahan dalam menuntut ilmu dan urusan-urusan yang berkaitan dengannya.
“Demikianlah tipu daya syaithan terhadap ahli ibadah yang ikhlas namun jahil… Dalam beribadah, keikhlasan tidaklah cukup, namun harus dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah.”
Selain Ikhlas dalam beribadah , mereka juga harus Ikhlas dalam menerima kebenaran. Ikhlas terhadap Ilmu dan Ketetapan Allah SWT. tidaklah orang dikatakan Ikhlas jika hanya melakukan apa yang hawa nafsunya mau. Semoga Allah SWT memberi kita dan Keluarga kita Hidayah-Nya untuk menerima Kebenaran. Amiiin
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Ijin copy, Ustadz…
Subhanallah,.. Tulisan-tulisan karya Antum sungguh terasa sangat nyata dan mudah untuk dicerna akal serta hati…
selalu di nanti Ustadz, untuk artikel-artikel yang sangat bermanfaat lainya…
Syukron,.. Jazakallahu Khairan…
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
asalamualaikum.ustad.anda sudah mengingat Alloh brp kali dlm sehari?cukup unt tebus dosa anda? Nabi saw maksum masih berdikir banyak.bagaimana dgn anda ?saudara Robbani sdh menjelaskan dgn panjang lebar . Kalau menurut saya pak ustad lebih baik berdikir yg banyak .ketimbang sibukmeneliti urusan orang lain agar bercerai berai.klu bicara bidah? Anda belajar nahwu ?apa ada zaman nabi? apakah zaman nabi &sahabat memakai AlQuran spt skrg ada tanda baca??sahabat nabi paling tau masalah bidah mengapa masih melakukan :sholat tarawih jamaah.adzan sholat 2x.apakah ada tujuan dari apakah yg di lakukan sahabat nabi?
Wa’alaikumussalaam warahmatullaah… Alhamdulillah, saya berusaha untuk banyak berdzikir dengan dzikir yang diajarkan Rasulullah dan para sahabatnya, bukan yg direkayasa oleh ahli bid’ah.
Tentang contoh-contoh yg anda sebutkan, maka sekali lagi itu menunjukkan ketidakpahaman Anda tentang hakikat bid’ah dlm agama. selain dua contoh terakhir yg anda sebutkan, smuanya masuk dalam kategori mashalih mursalah karena ilmu nahwu dan cara penulisan Al Qur’an adalah ‘wasilah/sarana’ untuk beribadah, dan bukan ritual ibadah yg berdiri sendiri. Keduanya tidak ada dan tidak mungkin ada di zaman Nabi, karena memang belum diperlukan. Oleh karenanya, penulisan Al Qur’an mengalami proses dari sekedar dihafal, lalu mulai ditulis tanpa titik dan harakat, lalu diberi titik, lalu diberi harokat, lalu diberi tanda baca lainnya dst sampai hari ini. Demikian pula ilmu nahwu dan ilmu-ilmu keislaman lainnya, semuanya bersifat dinamis. Bandingkan dengan dzikir jama’i bid’ah yg bukan sekedar sarana, namun memang menjadi inti dari ritual ibadah. Kalau wasilah/sarana, maka suatu saat akan hilang/berubah bila sdh tidak diperlukan; beda dengan sesuatu yg memang menjadi inti atau tujuan, maka ia tidak akan hilang.
Adapun shalat tarawih berjama’ah dan adzan dua kali di hari Jum’at, maka itu merupakan sunnahnya khulafa’ur Rasyidin, yg oleh Rasulullah sendiri dinamakan Sunnah dan bukan bid’ah. Jadi, anda salah faham lagi…
jangan berdebat, rasulullah melarang umatnya. brdebat.
saya membaca karya SYEIKH sa’id bin wahf alqahthani
rasulullah: demi allah sesungguhnya aku minta ampun kpada allah dan bertaubat kepadanya dlam shari lebih dari tujuh puluh kali.
rasulullah: wahai manusia bertaubatlah kpada allah, sesungguhnya aku brtaubat kpadanya sratus kali dlm sehari.
rasulullah: sesungguhnya hatiku lupa (tidak ingat kpada allah) pdahal sesungguhnya aku minta ampun kpadaya. dalam sehari seratus kali.
.barang siapa yg membaca: maha suci allah dan aku memujinya, dlam sehari seratus kali, maka ksalahannya akan di hapuskan skalipun seperti buih air laut.
.rasulullah: apakah seseorang diantara kamu tidak mampu mendapatkn seribu kebaikan setiap hari? slah seorang diantara yg duduk bertanya: bgaimana mungkin bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)? rasulullah: hendaklah dia membaca seratus tasbih, maka di tulis seribu kebaikan baginya atau dihapuskan darinya seribu keburukan.
ada riwayat. rasulullah mengajarkan kpada siti fatimah, tasbih 33x tahmid 33x takbir 34x.