Mendulang Hikmah dari Revolusi Timur Tengah (5)
Pelajaran 6
Makar Allah terhadap Penguasa Zhalim
Betapapun kuat seorang diktator, bila Allah menghendaki kejatuhannya, maka ia akan jatuh dengan cara yang tak terduga sama sekali. Demikianlah sunnatullah terhadap para penguasa lalim. Mereka dihinakan oleh orang-orang terdekatnya, dan tumbang akibat kesalahan mereka sendiri.
Ingatkah kita dengan kisah Fir’aun yang menindas Bani Israel sekian lamanya? Ia menyembelih setiap bayi laki-laki dari Bani Israel, dan memperbudak mereka. Akan tetapi akhirnya ia binasa di tangan anak asuhnya sendiri.
Benar. Ia yang selama ini membantai setiap bayi lelaki Bani Israel, ternyata justru memelihara Nabi Musa yang kelak menjadi seteru utamanya. Ibunda Nabi Musa demikian khawatir bila bayinya sampai jatuh ke tangan mata-mata Fir’aun, lalu harus berakhir hidupnya demikian singkat.
Akan tetapi, Allah memiliki skenario lain. Tak ada tempat yang lebih aman bagi si Bayi di negeri Mesir, melebihi istana Fir’aun sendiri. Karenanya, dengan cara yang luar biasa, Allah mengirim bayi tersebut hingga sampai ke tangan Fir’aun.
Yang lebih hebat lagi, Fir’aun yang selama ini demikian bengis terhadap bayi-bayi tak berdosa, kini harus disibukkan oleh bayi yang kelak akan menumbangkan kekuasaannya. Musa kecil menolak setiap wanita yang disuruh menyusuinya. “Kami haramkan atasnya (Musa) semua puting susu sebelum itu, maka saudarinya berkata, “Maukah kalian kutunjukkan sebuah keluarga yang bisa mengasuh dan memeliharanya dengan baik? Maka kami kembalikan ia (Musa) kepada ibunya agar ia menjadi tenteram dan tidak bersedih…” (Al Qasas: 12-13).
Subhaanallaah. Musa sengaja dijadikan oleh Allah agar tak mau disusui oleh siapa pun selain ibu kandungnya. Akhirnya, sang ibunda yang awalnya demikian sedih dan cemas tatkala harus menaruhnya di sebuah peti, lalu melepaskannya di sungai Nil, kini merasa tenteram karena bersua dengan puteranya. Bahkan ia bisa mengasuh bayinya dengan leluasa karena semua biaya perawatan telah ditanggung. Oleh siapa? Oleh orang yang kelak demikian memusuhinya, yaitu Fir’aun ! “Kami hendak menunjukkan kepada Fir’aun, Haman, dan bala tentara mereka apa yang selama ini mereka takutkan dari Bani Israel” (Al Qasas: 6). Artinya, Allah hendak menunjukkan kepada orang-orang zhalim tersebut, bahwa apa yang selama ini mereka cemaskan berupa lenyapnya kekuasaan dan terbunuhnya mereka di tangan Bani Israel, benar-benar akan terjadi.
Namun lihatlah bagaimana tipu daya Allah terhadap mereka. Semua bayi yang dianggap tersangka penumbang kekuasaan Fir’aun mereka bunuh, namun pelaku sebenarnya justru mereka pelihara. “Mereka membuat tipu daya sedangkan Allah juga membuat tipu daya, dan Allah-lah sebaik-baik pembuat tipu daya”.
Si Tiran Bourgiba sengaja mengangkat Ben Ali sebagai orang dekatnya. Ia jauh-jauh mendatangkannya dari Polandia untuk kemudian mengkudeta dirinya. Fir’aun Mesir sengaja memelihara bayi Musa setelah membunuh ribuan bayi laki-laki Bani Israel. Namun bagaimana kesudahannya? Justru Fir’aun tenggelam akibat ketukan tongkat Musa ‘alaihissalaam, mantan anak asuhnya sendiri. “Allah menurunkan adzab kepada mereka dari arah yang tak mereka duga sama sekali” (Al Hasyr: 2).
Gaddafi yang selama ini mencap rakyatnya sebagai tikus-tikus gurun, dan bersumpah hendak membersihkan bumi Libya dari para pemberontak jengkal demi jengkal, dan rumah demi rumah… akhirnya justru tertangkap berlindung dalam selokan bak seekor tikus got ! Sambil diseret-seret, ia menerima cacian dan umpatan serta tamparan dari mereka yang selama ini disebutnya sebagai ‘tikus-tikus gurun’.
Satu persatu dari orang-orang dekatnya pun berlepas diri darinya. Mereka yang dahulu adalah kawan setia berbalik menjadi lawan utama. Mengapa? Sebab mereka telah menjadi target amuk massa dan sasaran para demonstran yang murka, akibat keterkaitan mereka dengan para diktator yang sekarat tersebut. Mereka akan menjadi sekutunya dalam penderitaan, setelah sebelumnya menjadi sekutunya dalam kenikmatan.
Sungguh aneh ketika mendengar statemen-statemen para pemimpin Liga Arab, yang menyerukan agar Ben Ali mengapresiasi keinginan rakyatnya… tapi mengapa mereka tidak mengapresiasi keinginan rakyat Tunisia kecuali setelah rezim Ben Ali di ambang keruntuhan? Padahal selama hampir seperempat abad ia menerapkan berbagai tindak represif dan terror atas warganya, dan selama itu pula ia selalu mendapat sambutan dan penghormatan oleh mereka?! Mengapa mereka tidak sadar akan nasib rakyatnya masing-masing, agar rakyat tidak murka dan memperlakukan mereka sebagaimana perlakuan rakyat Tunisia terhadap penguasanya?!!
Kalaulah kehinaan tersebut menjerat si diktator saat perabuannya dilengserkan di dunia, dan semua orang berbalik menjadi musuhnya… lantas bagaimana kehinaan yang menantinya di akhirat kelak? Alangkah dahsyat dan mengerikan peristiwa hisab yang harus dilaluinya, dan setelah itu berbagai siksa pedih datang menyambutnya silih berganti…
Bagaimana kiranya saat ia menyaksikan antrian orang-orang yang selama ini dizhaliminya, dan masing-masing menuntut hukuman qisas atasnya… Ya Allah, sungguh mengerikan! Siapa yang mengingat momen tersebut, niscaya lisannya takkan berhenti beristighfar dan menyadari betapa berat pengadilan akhirat itu. “Kelak kamu akan melihat betapa tunduk dan hinanya orang-orang zhalim itu saat dihadapkan kepada Neraka. Mereka melirik Neraka tadi dengan hati kecut dan penuh rasa takut. (Tatkala menyaksikan kondisi mereka) orang-orang yang beriman mengatakan, Sesungguhnya yang benar-benar rugi adalah mereka yang merugi diri dan keluarganya pada hari kiamat. Sungguh, orang-orang yang zhalim itu benar-benar berada pada siksaan yang abadi” (Asy Syura: 45). Andai bukan karena lemahnya iman dan tingginya tingkat kelalaian, niscaya tak seorang mukmin pun yang tertarik pada kekuasaan.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ syukron atas jawaban Pak Ustadz terhadap pertanyaan saya sebelumnya. Saya sangat menghargai Pak Ustadz telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk itu.
Ana ada pertanyaan lagi berkaitan dengan sistem pemerintahan yang syar’i.
sebagai contoh misalnya kasus negara Mesir di mana pemimpin baru telah terpilih dengan cara yang disebut cara ‘demokrasi’ dimana pemimpin dipilih berdasarkan suara terbanyak (hal ini juga terjadi di Indonesia).
Padahal dalam demokrasi suara seorang pemabuk adalah setara dengan suara seorang ustadz. Yang lebih ekstrim lagi, ‘manhaj demokrasi’ menyatakan bahwa suara terbanyak adalah suara ‘Tuhan’?
Bagaimana seorang bermanhaj Salaf harus menyikapi manhaj demokrasi ini?
Lalu bagaimana pula dengan sistem pemerintahan berdasarkan sistem kekhalifahan atau kerajaan yang cenderung berdasarkan keturunan?
Jalan apa yang harus ditempuh jika seorang Salaf ingin menjadi seorang Presiden? Mungkin pertanyaan saya ini (kalau ana tidak salah) bisa diumpakan seperti sikap Nabi Yusuf Alaihissalam yang minta dintunjuk oleh Raja mesir sebagai seorang ‘menteri’ ?
syukron, jazaakumullah khairan
Pertanyaan antum ini akan sangat menyita waktu bila harus ana jawab semua… lagi pula, apa pentingnya masalah ini dengan diri antum? Para salaf biasanya ogah membahas masalah-masalah yang tidak ada kaitannya dengan amal ibadah… sebab masalah tsb hanya akan menjadi teori yg tidak bisa dituangkan dlm amal. Nah, ana khawatir masalah yg antum tanyakan juga seperti itu… toh kita ini rakyat jelata yang tak pernah bermimpi menjadi Presiden Republik Indonesia (dlm kondisi yg carut marut spt ini). Apa antum mau memikul tanggung jawab 240 juta jiwa rakyat Indonesia di hadapan Allah nanti?? Kalau tidak, ya ngapain kita bahas masalah2 politik spt ini?
Yg jelas, meyakini kebenaran faham demokrasi spt yg antum gambarkan, merupakan kekufuran yg mengeluarkan seseorang dari millah Islam. Namun harap diingat, bahwa vonis kafir ini sifatnya umum, alias berkenaan dengan kelakuan/keyakinin, bukan dengan pelakunya/yg meyakininya. artinya, walaupun kelakuan/keyakinannya dihukumi sebagai kekafiran, namun belum tentu setiap org yang melakukan/meyakininya otomatis menjadi kafir. Tidak. Akan tetapi harus pula diperhatikan apakah semua syarat penjatuhan vonis kafir telah terpenuhi, dan semua penghalangnya telah disingkikan, ataukah belum?
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ, bagaimana pendapat ustadz mengenai kemenangan ikhwanul muslimin di Mesir terutama dengan terpilihnya Muhamed Morsi sebagai presiden? bagaimana kita menyikapinya?
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Mungkin pertanyaan yg tepat ialah: Bagaimana salafiyyin Mesir menyikapinya, bukan bagaimana kita menyikapinya. sebab kita tidak berurusan langsung dgn Morsi… alias dia bukan waliyyul amri bagi kita yg di Indonesia.
Setahu ana, salafiyyin yg sesungguhnya akan menyikapi pemimpin mereka (selama dia masih sah dianggap sebagai waliyyul amri syar’i) sebagaimana yg diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. yaitu dgn menaatinya dlm hal2 yg ma’ruf, dan bersabar atas kezhalimannya (kalau ternyata zhalim), dan tidak mengangkat senjata/membangkang kepadanya.
Kita lihat saja nanti, bagaimana presiden IM ini akan mengatur negara berpenduduk hampir 100 juta jiwa dengan 1001 masalah tersebut… bagaimana dia akan menata negeri yg terkenal dgn berbagai macam aliran tsb… bagaimana dia akan menyikapi lebih dari 6000 kuburan yg dikeramatkan di seantero Mesir, yg salah satunya adl Makam Sayyid Ahmad Al Badawi, yg dikunjungi oleh jutaan jiwa tiap tahunnya untuk meminta berbagai hajat duniawi… Kita lihat saja bagaimana Presiden IM mengatur itu semua, dan kita buktikan sama-sama; manhaj siapa yg benar? Manhaj Salaf yg menitikberatkan perjuangan kpd dakwah tauhid, ataukah manhaj IM yg lebih fokus pada tampuk kekuasaan.
Selamat Menyaksikan !!
Assalamu’alaykum, Ustadz mau tanya ana pernah dengar hadits, kelak di hari kiamat orang2 dzalim dan sombong akan dibangkitkan, tapi dalam bentuk yang kecil seperti semut, bolehkah ana tahu hadistsnya, jazakallahu khairan, barakallahufik
Afwan ustadz. Jika berkenan mohon utk membahas/menanggapi artikel http://arrahmah.com/read/2012/03/13/18727-salafi-di-dammaj-memerangi-mujahidin-aqap.html . Jazakallahu khair.
Ana sudah baca artikelnya, demikian pula komentar orang-orang yg berkomentar di sana… ana rasa, kebanyakan dari kita melupakan kaidah penting dalam menyikapi suatu pemberitaan. Kita terlalu mudah percaya tanpa klarifikasi terlebih dahulu kebenaran berita tsb. Padahal yg memposting aja mengatakan Allahu a’lam, dan sumbernya juga tidak valid… hanya dari sebuah forum, yg siapa saja bisa menulis di situ tanpa diketahui identitasnya. Alangkah bodohnya kita kalau percaya dengan berita ‘sampah’ macam itu… alangkah mudahnya kita diadu domba…
Kalaupun berita itu benar, maka apa yg dilakukan sebagian orang yg dianggap salafi tadi tidak bisa dipukulratakan ke semua orang yg berafiliasi kepada manhaj salaf (salafiyyin). Bukti konkretnya ialah mereka yg di Dammaj sendiri membid’ahkan sejumlah besar salafiyyin yg tidak sependapat dgn mereka dlm beberapa hal. Nah, apakah adil bila perbuatan oknum mereka ditanggung oleh orang-orang yg sama sekali tidak sependapat dengan mereka?
Arrahmah.com bukanlah situs yg jujur dan obyektif dalam memberitakan sesuatu. Mereka sdh punya penilaian dasar thd salafi dan saudi, sehingga semua pemberitaan yg menguntungkan salafi/saudi tidak akan mereka posting, namun sebaliknya, semua yg menyudutkan salafi/saudi mereka sebarluaskan. Dan kesalahan-kesalahan ‘mujahidin AQAP’ atau yg lainnya berusaha mereka tutup-tutupi, walaupun akibatnya ialah terbunuhnya sejumlah kaum muslimin secara sia-sia… spt peledakan2 yg mereka lakukan di dlm saudi sejak thn 2003. Nah, masa’ situs kaya’ begini mau kita percayai begitu saja? Dimana akal sehat kita kalau begitu?
Sekali lagi jazakallahu khair ustadz atas tanggapan antum.
Kesalahan ijtihad sebagian ikhwan2 dr AQAP,ansar al syariah ataupun apalah namanya..bukanlah berarti ksalahan Jihad mrk seluruhnya..antum srg mnuduh org tdk obyektif ktk menilai saudi..tp apkah antum sendiri objektif ktk mnilai Al qaeda…soal prmsalahn d saudi..th 2003.smua org tau bahwa tujuan serangan itu smata2 pr salibis as& pr pelaku serangan ber ijtihad demikian( smg Allah memaafkan mrk)..cukuplah penjelasan dr Syaikh Abdulkarim al humaid..mmbuat kita instropeksi diri..shinnga tidak satupun,syaikh2 yg mencela plaku srangan dg tuduhan buruk brni mnerima tantangan “mubahalah” bliau..wallahua’lam
Wallaaahi, cara berpikir antum ini aneh bin ajaib, AQAP ‘berijtihad’ ? sejak kapan mereka termasuk ‘ahlul ijtihad’? Apa syarat2 ijtihad? Kalau mereka mengklaim bahwa tujuan serangan mereka adalah para salibis AS dll, maka kita patut menanyakan: “Mengapa ternyata korbannya justru muslim semua?”
“Terus apakah mereka meminta maaf atas kesalahan tsb?” TIDAK PERNAH, bahkan mereka justru membanggakannya dan menyamakannya dengan ghazwatu Badr… ana punya video yg mereka release ttg serangan tsb, yg mereka juduli: Badrur Riyadh (tasybiihan bi ghazwati Badr, wa haihaaata haihaaata).
Kalau semua yg berijtihad -tanpa pandang bulu sah atau tidak ijtihadnya- harus kita maafkan, maka silakan antum maafkan kaum khawarij yg membunuh Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib… karena toh mereka juga berijtihad dan menganggap keduanya sebagai orang murtad!
Ana menilai AL QAEDA setelah membaca banyak ttg mereka, ana mengoleksi lebih dari 20 edisi majalah Soutul Jihad yg berisi statemen2 AQAP atas berbagai ‘operasi militer mereka’, baik di Saudi maupun di luar Saudi, di samping juga sarat akan syubhat2 mereka. Kalau antum menganggap ana tidak obyektif, maka tunjukkan di mana letak ketidak obyektifan tsb?
Niat baik AQAP sama sekali tidak bisa melegitimasi kerusakan yg mereka lakukan, walaupun dengan mengatasnamakannya sbg jihad. Apalagi jika hasilnya justru bertolak belakang dgn yg diharapkan… nt baca tuh diskusi ilmiah dari mantan Amir JI Mesir yg udah tobat, judulnya Nasihah waajibah liqaadatil Qaa’idah. Baca aja scr obyektif dan terbuka…
Adapun Syaikh Abdul Karim Al Humeid itu siapa? mengapa harus dianggap cukup penjelasannya? Tidak diterimanya tantangan beliau untuk mubahalah sama sekali tidak menunjukkan bhw sikap tsb benar secara syar’i, kecuali kalau yg mengajak mubahalah adalah Rasulullah. Kalau ada orang Rafidhah/Ahmadiyah ngajak mubahalah ttg kebenaran akidah mereka, dan ajakan tsb tidak digubris oleh masyayikh ahlussunnah, apakah berarti Rafidhah dan Ahmadiyyah td berada pada kebenaran dan ahlussunnah itu batil?? Ayo jawab!
Dalil yg nt pakai wallaahi acak-acakan… yg bukan dalil nt jadikan sbg dalil, keif haadza? Nt tidak tahu tartiebul adillah ya? Berdalil itu ya pakai ayat, atau hadits yg mu’tabar, atau ijma’ yg sah, kalau tidak bisa baru pakai qiyas yg shahih (bukan qiyas macam AQAP yg sering kali ngawur, kalau tidak semuanya ngawur)… bukan pula berdalil pakai perkataan/sikap orang yg ‘diklaim’ sebagai ulama (khusus oleh AQAP/simpatisannya). Ya akhi, ta’allam qabla an tatakallam !!
Assalamu ‘alaikum ustadz alkarim,
singkat saja, bagaimana menyikapi pembantaian brutal penguasa Basyar al Assad kepada kaum muslimin karena kebetulan si penguasa ini satu afiliasi dengan pemberontak Hutsy di Yaman hanya beda sekte aja,pantas saja bantuan mengalir tidak henti-hentinya dari ‘mandor’nya di Iran. Jika, di Yaman sudah ditegakkan jihad oleh kaum muslimin yang dikomandoi ahlussunnah, lantas bagaimana dg di Suriah? Saya baca sebagian artikel dari sumber lain nampak sekali akan kekafiran pendukung si penguasa gila ini spt bersujud kepada fotonya, ada video tentara Basyar yang [pura-pura] melakukan sholat sambil bercanda-canda, merokok, bermain-main, sptnya hendak mengolok-olok ajaran Islam. Mohon komentar ustadz? syukron
Basyar Asad dan kroninya termasuk kaum Syi’ah Nushairiyyah yg sedari lahir tidak pernah masuk Islam, jadi mereka itu memang kafir asli dan bukan muslim. Bahkan lebih bengis dari yahudi dan kafir manapun di dunia, terutama thd ahlussunnah. Bagi kita yg ada di Indonesia, cukuplah mendoakan kemenangan atas ahlussunnah dan kehancuran bagi penguasa syi’ah dan segenap bala tentaranya. Adapun berjihad ke sana bukanlah pilihan yg tepat, sebab mereka (ahlussunnah) sedang digempur dan dibantai, dan bila antum ikut nimbrung berarti ikut terbantai pula tanpa faidah apa-apa. Lagi pula, dari sisi personel mereka cukup banyak dan rata-rata pernah mengikuti wajib militer. Yg lebih mereka butuhkan adalah persenjataan, yg kita tidak memilikinya.
Makanya kita sering-seringlah berdoa dlm shalat untuk kemenangan kaum muslimin, dan doa itu luar biasa pengaruhnya.
ustadz, apakah mujahidin Aqap, al Qaeda dan yg semisal mereka punya peran dalam membantu ahlussunnah dalam berjihad menghadapi syi’ah di Yaman?
ًًWallaahu a’lam, mereka mengklaim demikian, namun salafiyyin di Dammaj maupun Kitaf menafikan keberadaan mereka dan menegaskan bahwa jihad melawan syi’ah houtsi ini benar-benar bebas dari campur tangan AQAP/Al Qaeda.
ndak bener pengakuan itu, ustadz. seorang ustadz salaf memberi link bahwa justru merekalah para pengkhianat di suriah dan iraq.
ini link yg beliau berikan :
http://www.ansarsunna.com/vb/showthread.php?t=27863
apa yg ndak bener akhi? siapa yg dimaksud dengan ‘merekalah para pengkhianat di suriah dan iraq’?
Assalamu`alaikum
Beberapa waktu saya bisa memahami hikmah yang dapat dipetik dari artikel ini yaitu bahwa orang jangan suka berbuat zhalim karena nanti dapat azab atau cobaan dari Allah di dunia atau akhirat. Namun,saya sayangkan kenapa artikel Pelajaran dari Revolusi Timur Tengah (5) tak menyebutkan pula agar pembaca tak sembarangan pemberontakan kepada pemimpinnya walaupun zhalim kecuali apabila sudah murtad atau kafir. Walaupun saya tahu bahwa peringatan ini sudah ada pada Pelajaran (1) dan (2) cuma tidak ada salahnya ditulis kembali pada artikel yang kelima ini mengingat manusia mudah lupa. Sekian dari saya.
Wa’alaikumussalaam warahmatullah wabarakaatuh…
Antum benar, insya Allah komentar ini sekaligus sebagai ‘peringatan’ untuk ketiga kalinya.
Sebetulnya syarat boleh/wajibnya memberontak kpd penguasa bukan hanya setelah si penguasa tadi benar-benar dan terang-terangan kafir/murtad. namun harus ditambahkan bhw pemberontakan tsb tidak boleh mendatangkan mafsadat yg lebih besar daripada kalau tidak memberontak. Masalah ini sering ana singgung ketika menjawab pertanyaan2 serupa di blog ini.
Jazakallaahu khairan atas koreksinya.
Subhanalloh….