Ruang Operasi

Oleh: Dr. Abdullah Al ‘Utsman

Sebelumnya, saya ingin bertanya:

Pernahkah Anda berfikir suatu hari untuk masuk Rumah Sakit dengan suka rela, lalu memperhatikan keadaan para pesakitan?

Pernahkah Anda masuk ke ruang operasi di saat-saat yang menegangkan?

Pernahkah Anda melewati saat-saat kritis di ruang ICU bersama seorang pasien yang sedang menanti ajal?

Pernahkah Anda mencoba tinggal seharian di ruang gawat darurat dan mobil ambulan untuk menyaksikan keajaiban takdir Allah atas hamba-Nya?

Kalau begitu, letakkan tangan Anda pada tangan kami dan mari kita selami ‘dunia’ yang penuh keajaiban tersebut…

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ [البقرة/155]

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar

(Al Baqarah: 155).

Di Ruang Gawat Darurat

Ada seorang pemuda mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil. Kecelakaan tersebut demikian tragis hingga menyebabkannya koma, bahkan jantung dan paru-parunya pun tidak bekerja… Dengan cepat tim dokter segera memberinya pernapasan buatan dengan sekuat tenaga agar jantung dan paru-parunya kembali berfungsi, demikian pula kejutan listrik dan obat-obatan untuk merangsang jantung agar mau berdenyut SEKALI SAJA! Namun sayang, tidak ada perkembangan. Subhanallaah, nampaknya Allah تعالى telah menetapkan kematian atasnya.

Selang tiga puluh menit kemudian, tim dokter mulai melepaskan alat bantu pernapasan dari si korban, dan memang demikianlah prosedurnya. Mereka sengaja membiarkan alat-alat tersebut terpasang selama beberapa waktu hingga dokter penanggung jawab terhadap alat tersebut memberi isyarat untuk melepasnya. Hal ini dilakukan agar tidak berdampak buruk terhadap mayit, dan seandainya ia masih hidup maka akan muncul tanda-tanda yang jelas ke arah sana.

Pemuda ini tewas akibat kecelakaan tragis tersebut. Mereka yang bertugas segera mencari KTP pemuda tersebut untuk mengetahui siapa dia, dan bagaimana menghubungi keluarganya, agar keluarganya mengambil jenazah si pemuda tersebut. Akhirnya mereka menemukan nama pemuda tersebut dalam KTP yang ada bersamanya, lalu setelah ditelusuri mereka berhasil mendapatkan nomor ayahnya…

Dokter yang menangani pemuda ini adalah orang Mesir, dan dia agak sungkan untuk menelpon ayahnya dan memberitahu apa yang terjadi pada anaknya. Lantas ia pun menyerahkan gagang telepon kepada salah seorang teman kami dan berkata kepadana: “Ma’af… Anda khan orang Saudi, sebaiknya Anda saja yang menelpon orang tuanya karena Anda bisa saling memahami dengan sesama orang Saudi, dan katakan saja apa yang telah terjadi…”.

Kawan kami mengisahkan: Maka kutelepon ayahnya… sesaat kemudian telepon tersebut diangkat:

“Anda Pak Fulan?” tanyaku.

“Benar…”, jawabnya.

“Anak Anda benama si Fulan bin Fulan…?”, lanjutku.

“Ya…” jawabnya.

“Barusan ada kecelakaan ringan yang menimpa anakmu, dan ia sekarang sedang dibius di rumah sakit dalam ruang ICU. Ia ingin agar Anda menjenguknya…” kataku.

Ayahnya kaget dan berkata: “Apaa! Apa yang terjadi? Semoga dia baik-baik saja, dan…”

“Oo, dia tidak apa-apa kok… yang penting Anda datang saja ke rumah sakit dan insya Allah Anda akan tahu seberapa besar kecelakaannya dan lain-lain… insya Allah semuanya baik-baik saja, pokoknya Anda segera saja kemari” kataku.

Sebenarnya, cara ini tepat sekali agar pihak keluarga tidak syok ketika mendengar anggota keluarga mereka ada yang kecelakaan atau terkena musibah…

Sang Ayah datang tergesa-gesa dengan kedua mata yang tak henti mengucurkan air mata… sebelumnya, kami sering menyaksikan kecelakaan lalu lintas dan menyaksikan para orang tua datang ke UGD setelah tahu parahnya kecelakaan dan kematian yang terjadi pada anak mereka… mereka memang menangis, akan tetapi tidak dengan air mata dan tangisan sehebat ini! Padahal orang ini sampai sekarang belum tahu apakah anaknya mati ataukah tidak? Air mata dan isak tangis disertai rintihan: “Di mana puteraku? Di mana ruang ICU? Di mana dokter Anu yang menelponku? …

Sesaat kemudian, datanglah dokter yang bersangkutan. Ia berusaha menenangkan Si Ayah dan menyuruhnya agar banyak berdzikir kepada Allah sebelum menemui puteranya. Tapi sia-sia… tangisnya demikian hebat, dan sesekali kudengar ia bergumam: “Puteraku satu-satunya dari 7 orang puteri… puteraku satu-satunya yang kudambakan dari 7 orang puteri… Ya Allah, segala puji bagi-Mu… Ya Rabbi, lakal hamd… Puteraku satu-satunya dari 7 orang puteri…!” sambil mengulang-ulangnya.

Sang Dokter berkata: “Subhaanallaah, Allah memilih putera satu-satunya dari ketujuh orang puterinya. Maka kuhampiri dia dan kududukkan dia di kursi ruang UGD. Kemudian kuingatkan dia kepada Allah sambil kubacakan beberapa hadits dan ayat kepadanya…”.

Memang, demikianlah kewajiban setiap dokter muslim dalam keadaan seperti ini… hendaknya ia telah bersiap diri untuk menghadapi keadaan-keadaan seperti ini, karena bagaimana pun juga ia pasti akan menghadapi kejadian tersebut selama menjalani profesinya. Sebab itu, ia harus melatih dirinya agar dapat menenangkan pihak keluarga dengan mengingatkan mereka kepada Allah Ta’ala saat terjadi musibah. Sebaiknya, seorang dokter juga menghafal ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyebutkan tentang besarnya pahala orang yang sabar di saat-saat pertama mendapat musibah.

Sang Dokter melanjutkan: “Di saat-saat seperti itu, setelah berlangsung tiga puluh menit Si Bapak masih tetap tak bergerak… ia tak mampu untuk berdiri karena dari panjangnya uraian Dokter ia tahu bahwa anaknya telah wafat. Kukatakan kepadanya:

“Pak, ingatlah kepada Allah…”

Alhamdulillah ‘ala kulli haal [1]… Milik Allah lah apa yang telah diberikan-Nya dan milik-Nya pula apa yang diambil-Nya”, katanya sambil menangis. Ia hanya mengucapkan kata-kata yang sederhana: “Allaahumma lakal hamdu wasy syukru yaa Rabb, Allaahumma lakal hamdu… waladi ‘ala sab’i banaat! [2]“. Ia senantiasa mengatakan kalimat-kalimat tersebut. Dan kudengar ia mengatakan: “Dahulu Aku selalu berharap agar Allah memberimu keshalehan, menjadikanmu penerusku, pembantuku, dan…. Akan tetapi segala puji bagi-Mu Ya Rabbi, lakal hamdu Yaa Rabb…” dia kembali bersyukur dan memuji Allah atas musibah yang menimpanya. “Aku benar-benar trenyuh mendengar ucapannya hingga aku pun ikut menangis dan sedih bersamanya”, kata Sang Dokter.

Namun tiba-tiba terbukalah pintu ruang UGD… dan masuklah seorang pemuda yang gagah dan tinggi…. Ia memandang si Bapak yang ada di UGD tadi lalu menangis; demikan pula si Bapak, begitu menatap pemuda ini ia langsung menangis… ia tak kuasa untuk berdiri, hingga pemuda itupun mendekat kepadanya lalu keduanya sama-sama menangis…!?! “Pemandangan yang aneh sekali…! keduanya sama-sama menangis… Si Bapak kakinya tak kuasa lagi menopangnya, hingga si Pemuda datang merangkulnya lalu menangis bersama-sama”, ujar Sang Dokter.

“Ada apa sebenarnya… Siapa orang ini?” tanyaku. (Namun Si Bapak tetap mengatakan: “Puteraku satu-satunya dari 7 orang puteri…” dan keduanya terus menangis sembari menatapku).

Setelah ketegangan dan isak tangis keduanya mereda, Si Pemuda mulai angkat bicara: “Wahai Ayahku, orang ini adalah pemilik tenda… kami menyewa tenda darinya, maka ia mengatakan: “Beri aku jaminan sampai tendanya kalian kembalikan”; maka kuberikan KTP-ku kepadanya lalu ia masukkan dalam kantongnya dan ia pun pergi membawanya… kemudian ia mengalami kecelakaan, dan ketika mereka memeriksanya, mereka mendapatkan KTP ini bersamanya dan mengira bahwa ialah pemiliknya, alias yang wafat karena kecelakaan tersebut. Mereka lantas menghubungi bapaknya… inilah yang terjadi”.

Subhaanallaah…Maha Besar Allah, kejadian ini bukanlah salah siapa-siapa, namun itulah yang terjadi. Ia mengandung pelajaran besar bagi semuanya; bagi Si Bapak dengan kesabarannya, doanya dan puji syukurnya kepada Allah… dan bagi si Anak yang oleh Allah diberi ‘hidup baru’, seperti kata orang. Semoga dengan mengetahui apa yang dialami oleh temannya si pemilik tenda ia akan sadar dan kembali kepada Allah… semoga dengan kejadian ini ia akan selalu ingat kepada Allah pada setiap kejadian baik kecil maupun besar, hingga bila ia sedang dalam maksiat ia akan bertaubat darinya, sedang bila ia seorang yang taat akan menambah ketaatannya… ya, sebab umur demikian singkat dan orang tidak tahu kapan maut menjemputnya. Boleh jadi ia datang beberapa saat lagi, alias lebih dekat kepada seseorang daripada tali sandalnya.

Sang Dokter mengatakan: “Hal ini mengandung pelajaran juga bagi dokter sepertiku, yakni agar aku tidak tergesa-gesa dan menyelidiki lebih lanjut. Di samping itu, airmata kedua orang tua demikian berkesan bagitu… bahkan aku pun ikut menangis dan teringat akan anak-anak dan isteriku, betapa mereka semua merupakan karunia Allah yang besar bagiku. Subhaanallaah… alangkah banyak perasaan dan hal-hal yang terlintas dalam hatiku akibat kejadian tersebut, Allah lah yang lebih tahu…”


[1] Artinya: Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan.

[2] Arinya: Ya Allah, segala puji dan syukur bagi-Mu. Ya Rabbi, segala puji bagimu… puteraku dari 7 orang puteri…”.